Secara sederhana Kalimat Thayyibah berarti perkataan yang baik, sopan dan mengandung perbuatan ma’ruf serta mencegah dari kemunkaran.
Ada banyak sekali macam kalimat thayyibah ini, seperti kalimat thayyibah tasbih (Subhanallah), kalimat thayyibah tahmid (Alhamdulillah), kalimat thayyibah takbir (Allahu Akbar) dan kalimat thayyibah tahlil (Laa ilaaha Illallaah). Semuanya ini juga disebut dengan kalimat dzikir.
Ada juga kalimat toyibah Basmalah (Bismillaahirrohmaanirrohiim), kalimat thayyibah Assalamualaikum, kalimat thayyibah tarji’ (Innaa lillaahi wa innaa ilaihi rooji’uun), kalimat thayyibah istighfar (Astaghfirullahal ‘Adziim), dll.
Sebagai seorang Muslim yang baik, sudah selayaknya perkataan yang keluar dari mulut kita adalah kalimat dzikir agar iman dalam diri kita semakin kuat. Baik dalam keadaan mendapat ni’mat atau musibah.
Bukan seperti orang-orang yang kurang mengenal Islam, preman pasar dan sejenisnya yang gemar sekali mengucapkan kata-kata kasar dan jorok.
Sebagai seorang muslim, kita harus bangga mengucapkan kalimat dzikir dan thayyibah dalam setiap keadaan. Sebagaimana mereka orang-orang yang lalai bangga mengucapkan kata-kata jorok dan kasar.
Kalimat toyibah diantaranya adalah sebagai berikut:
Kalimat Thayyibah Bismillah

بسم الله الرحمن الرحيم adalah kalimat toyibah yang biasa digunakan untuk memulai segala aktifitas yang baik. Misalnya untuk memulai makan, memulai suatu pembicaraan, memutuskan segala sesuatu yang penting, dll.
Sebagaimana disebutkan dalam hadits:
كُلُّ كَلَامٍ أَوْ أَمْرٍ ذِي بَالٍ لَا يُفْتَحُ بِذِكْرِ اللهِ فَهُوَ أَبْتَرُ – أَوْ قَالَ : أَقْطَعُ
“Setiap pembicaraan/perkataan atau perkara penting yang tidak dibuka dengan dzikir menyebut nama Allah, maka terputuslah berkahnya.” (HR. Ahmad, 2: 359.)
Kalimat toyibah Bismillah ini memiliki arti “Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang”, oleh sebab itulah kita diperintah membaca Bismillah sebelum memutuskan segala sesuatu atau ketika akan memulai sesuatu yang baik.
Tujuan dari pengucapan kalimat toyibah Bismillah ini sebagaimana hadits diatas, yaitu agar tidak terputus berkahnya dari perkara baik yang kita lakukan.
Kalimat Thayyibah Assalamualaikum
Kalimat Thayyibah assalamualaikum adalah kalimat toyibah yang mengandung keselamatan dan kesejahteraan. Kalimat salam ini sunnah diucapkan apabila bertemu dengan sesama muslim, masuk ruangan, mengawali pembicaraan, dll. Namun wajib hukumnya menjawabi salam tersebut bagi orang yang diberi ucapan salam.
Kalimat toyibah salam ini juga menjadi salah satu haq dari 6 haq yang harus dipenuhi oleh seorang muslim, sebagaimana sabda Nabi:
حَقُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ سِتٌّ: إِذَا لَقِيْتَهُ فَسَلِّمْ عَلَيْهِ وَإِذَا دَعَاكَ فَأَجِبْهُ وَإِذَا اسْتَنْصَحَكَ فَانْصَحْهُ وَإِذَا عَطَسَ فَحَمِدَ اللَّهَ فَسَمِّتْهُ وَإِذاَ مَرِضَ فَعُدْهُ وَإِذاَ مَاتَ فَاتْـبَعْهُ .رَوَاهُ مُسلِم
“Haq muslim terhadap muslim lainnya itu ada enam:
1. Apabila kamu bertemu dengannya, maka ucapkanlah salam kepadanya,
2.Apabila ia mengundangmu, maka penuhilah undangannya,
3. Apabila ia meminta nashihat kepadamu, maka berilah ia nashihat,
4. Apabila ia bersin dan mengucapkan “Alhamdulillah”, maka doakanlah ia dengan ucapan ‘‘Yarhamukallah’’,
5. Apabila ia sakit, maka jenguklah ia,
6. Dan apabila ia meninggal, maka iringilah jenazahnya.” (HR. Muslim)
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
وَإِذَا حُيِّيتُمْ بِتَحِيَّةٍ فَحَيُّوا بِأَحْسَنَ مِنْهَا أَوْ رُدُّوهَا ۗ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ حَسِيبًا
“Apabila kamu diberi penghormatan dengan suatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslah penghormatan itu (yang serupa dengannya). Sesungguhnya Allah memperhitungankan segala sesuatu.” ( QS An-Nisaa’ : 86)
Arti Assalamualaikum sendiri adalah “keselamatan dan kesejahteraan semoga tetap tercurahkan kepadamu”, maka sudah selayaknya kita juga kembali mendoakan untuk orang yang mengucapkan salam kepada kita.
Kalimat Thayyibah Subhanallah dan Masya Allah
“Subhanallah” adalah salah satu kalimat toyibah yang biasa diucapkan oleh Muslim Indonesia ketika melihat sesuatu yang menakjubkan. Sedangkan kalimat Masya Allah diucapkan ketika melihat sesuatu yang mengejutkan, mengagetkan, dsb.
Sebenarnya hal itu kurang tepat penempatannya, namun begitu, hal itu tetap baik untuk dilakukan karena keduanya merupakan sama-sama kalimat toyibah.
Adapun mengenai penempatannya sendiri yang lebih tepat adalah sebagai berikut:
1. Pendapat Pertama
Pendapat pertama mengatakan bahwa kalimat toyibah tasbih ini lebih tepat diucapkan ketika sedang dalam keadaan takjub atau heran atas sesuatu atau peristiwa yang terjadi yang tidak pantas untuk Allah, baik yang didengar atau dilihat. Adapun dasarnya adalah sebagai berikut:
Abu Hurairah ra. pernah bertemu dengan Nabi sedangkan ia dalam kondisi junub. Kemudian Abu Hurairah ra. pergi mandi tanpa pamit kepada Baginda Rasulullah
. Setelah Abu Hurairah ra. kembali Rasulullah
pun bertanya, “mengapa tadi kamu pergi”? Abu Hurairah ra. menjawab, “Aku junub, dan aku tidak suka duduk bersama Engkau wahai Rasulullah sedangkan aku dalam kondisi tidak suci.” Kemudian Rasulullah
bersabda:
سُبْحَانَ اللَّهِ! إِنَّ الْمُسْلِمَ لاَ يَنْجُسُ
“Subhanallah! Sesungguhnya muslim itu tidak najis.” (HR. Bukhari: 279)
Rasulullah heran terhadap sikap Abu Hurairah yang menyangka bahwa dirinya najis hanya karena dalam keadaan junub. Oleh sebab itu, Nabi pun menjelaskan bahwa seorang muslim itu tidak najis meskipun dalam keadaan junub. Sehingga tidak perlu minder jika bertemu bertemu dengan sesama muslim.
Sedangkan dalam kondisi takjub atas suatu peristiwa, dasarnya adalah:
Dari Muhammad ibn Jahsy ra, “Suatu ketika Rasulullah melihat ke langit, kemudian beliau bersabda:
سُبْحَانَ اللَّهِ مَاذَا نُزِّلَ مِنَ التَّشْدِيدِ
“Subhanallah betapa berat ancaman yang diturunkan ….”
Pada lanjutan hadits diatas, Rasulullah takjub/kaget terhadap suatu ancaman yang diturunkan Allah kepada orang-orang yang malas dalam membayar hutang.
Kalimat thayyibah subhanallah ini juga disebutkan dalam Al-Qur’an:
“Mereka (orang-orang Nasrani) berkata, ‘Allah mempunyai anak’, Maha Suci Dia (dari tuduhan itu).” (QS. Al-Baqarah:116)
Sedangkan kalimat Masya Allah adalah lebih tepat ketika melihat hal yang indah-indah dan mengagumkan (kebalikan dari kebiasaan masyarakat kita).
Allah berfirman:
وَلَوْلا إِذْ دَخَلْتَ جَنَّتَكَ قُلْتَ مَا شَاءَ اللَّهُ لا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ
“Mengapa ketika kamu memasuki kebunmu tidak mengucapkan “Maasyaa Allaah, laa quwwata illaa billaah (sungguh atas kehendak Allah semua ini terwujud, tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah).” (QS. al-Kahfi: 39)
2. Pendapat Kedua
Menurut pendapat yang kedua, pengucapan kalimat Subhanallah atau Masya Allah lebih rinci lagi.
1.“Subhanallah” boleh diucapkan ketika melihat/mendengar/mengetahui sesuatu yang indah atau menakjubkan, dengan catatan sesuatunya tersebut murni atas kuasa Allah tanpa campur tangan manusia.
Contohnya adalah saat kita melihat pemandangan alam yang indah, mukjizat nabi-rasul, karomah, atau ketika terjadi peristiwa gempa bumi, gunung meletus dan sebagainya.
Pemahaman ini berdasarkan ayat pertama dalam surat Al-Isra’ dan beberapa ayat lain dalam Al-Qur’an:
سبحان الذي اسرى بعبده ليلا من المسجد الحرام الى المسجد الاقصى الذي باركنا حوله لنريه من اياتنا انه هو السميع البصير
“Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
2.“Masya Allah” diucapkan ketika kita melihat/mendengar/mengetahui suatu kejadian yang indah atau menakjubkan, namun terdapat peranan manusia dalam kejadian tersebut.
Contohnya adalah ketika kita melihat suatu bangunan yang megah dan indah, memasuki taman yang cantik, suatu prestasi atau teknologi yang canggih dan lain sebagainya.
Allah berfirman di surat al-Kahfi,
وَلَوْلا إِذْ دَخَلْتَ جَنَّتَكَ قُلْتَ مَا شَاءَ اللَّهُ لا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ
“Mengapa ketika kamu memasuki kebunmu tidak mengucapkan “Maasyaa Allaah, laa quwwata illaa billaah (sungguh atas kehendak Allah semua ini terwujud, tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah).” (QS. al-Kahfi: 39)
Ayat tersebut pemahamannya menggunakan penjelasan yang sama dengan yang diatas tadi. Dalam ayat tersebut, objek dari pengucapan “Masya Allah” adalah kebun.
Sedangkan dalam kebun tersebut, selain terdapat tanaman-tanaman yang tumbuh atas izin Allah, juga ada usaha dari manusia pemilik kebun yaitu menanamnya, memupuki, menyirami dan seterusnya.
3. Arti Subhanallah dan Masya Allah
- Kalimat Thayyibah Subhanallah (سبحان الله) artinya adalah “Maha Suci Allah”. Maksudnya yaitu, Allah adalah Dzat yang Maha suci dari segala kekurangan, keburukan, kecacatan dan segala hal yang bertolak belakang dengan sifat kesempurnaan Allah. Ungkapan ini juga sekaligus menunjukkan keagungan Allah, bahwa memang Allah-lah satu-satunya Dzat yang Maha Suci.
- Sedangkan arti Masya Allah (ماشاء الله) adalah “Segala sesuatu terjadi Atas kehendak Allah”.
Kalimat Thayyibah La Haula Wala Quwwata Illa Billah

Selain disebut sebagai kalimat toyibah, kalimat dzikir La Haula Wala ini disebut juga dengan bacaan hawqolah. Kalimat dzikir ini merupakan suatu bentuk kefanaan manusia.
Yaitu sebuah pengakuan atas kelemahan dan ketidak berdayaan diri manusia, meskipun kuasa sekecil bij dzarroh. Tidak ada kekuatan sama sekali dalam berbuat taat, kecuali atas pertolongan Allah. Dan tidak ada daya sama sekali untuk menghindar dari ma’siat, kecuali juga atas pertolongan Allah.
Dengan demikian, terbukalah kefahaman bahwa Allah adalah dzat yang benar-benar Maha kuasa, sedangkan kita tiada kuasa sama sekali.
Setelah adanya pengakuan tersebut, maka kalimat dzikir hawqolah ini diucapkan ketika seseorang memiliki ‘azam, yaitu suatu keinginan yang kuat. Karena dari kalimat toyibah ini timbul pancaran tawakkal yang kuat.
Kalimat Thayyibah Tahlil
Kalimat Thayyibah Tahlil adalah kalimat dzikir Laa ilaaha Illallaah, disebut juga dengan kalimat tauhid. Sebab makna dari kalimat dzikir ini berisi tentang ke-ESA-an Allah.
Disebut kalimat tauhid karena meniadakan segala sesembahan melainkan hanya Allah. Arti kalimat dzikir ini adalah, “Tiada Tuhan yang haq disembah kecuali hanya Allah”.
Bacaan Tahlil ini adalah sebaik-baik kalimat dzikir, sebagaimana hadits Nabi :
أَفْضَلُ الذِّكْرِ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَفْضَلُ الدُّ عَاءِ الْحَمْدُ للهِ
Sebaik-baik dzikir adalah (membaca) lâ ilâha illallâh. Dan sebaik-baik doa yaitu alhamdulillah (HR. al-Bukhari no.99)